Pages

Selasa, 29 April 2014

Langkah-Langkah Pengurangan Resiko Kebakaran

Langkah-langkah pengurangan Risiko bencana dipahami sebagai pengembangan dan penerapan secara luas dari kebijakan-kebijakan, strategi-strategi dan praktek-praktek untuk meminimalkan kerentanan dan risiko bencana di masyarakat yang berbasis masyarakat. Upaya mengurangi risiko bencana dilakukan melalui tiga langkah yaitu:

1. Pencegahan
Pencegahan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan atau mengurangi ancaman bencana. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran dilakukan tindakan pemasangan instalasi listrik yang benar, pemilihan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar, jangan menempatkan bahan yang mudah terbakar di dekat sumber dan sebagainya.

2. Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.Tindakan mitigasi disebut sebagai tindakan struktural dan non struktural. Tindakan mitigasi yang bersifat struktural contohnya adalah pemasangan instalasi listrik oleh orang yang profesional, bahan bangunan yang tidak mudah terbakar seperti kerangka baja ringan untuk kap rumah. Tindakan mitigasi yang bersifat non struktural misalnya pelatihan untuk membangun kepedulian masyarakat terhadap bahaya yang dihadapi, pelatihan dan pengorganisasian sukarelawan bagi kegiatan bencana kebakaran.

Tujuan pokok dari tindakan mitigasi adalah:
a. Mengurangi ancaman
Sebagian bencana tidak dapat dicegah agar tidak terjadi, tetapi ancamannya dapat dikurangi. Misalnya: struktur bangunan yang tahan api.

b. Mengurangi kerentanan
Berbagai faktor seperti factor fisik, social, ekonomi maupun kondisi geografis dapat menurunkan kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri maupun menanggulangi dampak akibat bahaya kebakaran. Hal terpenting dalam kegiatan pengelolaan risiko bencana kebakaran adalah menurunkan kerentanan sehingga masyarakat menjadi tahan terhadap bencana kebakaran.

c. Meningkatkan kapasitas
Kapasitas merupakan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana pada semua tahapannya, melalui berbagai sistem yang dikembangkannya. Contoh peningkatan kapasitas adalah dalam menghadapi kebakaran yang bersifat musiman, kelompok masyarakat memiliki posko kebakaran yang akan siap setiap kebakaran terjadi. Peningkatan kapasitas juga bisa dilakukan dengan meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana penanggulangan kebakaran, pelatihan tanggap darurat, dan sebagainya.

3. Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Sebagai contoh: membangun system peringatan dini, penyiapan jalur evakuasi bila terjadi bencana, latihan simulasi bencana. Kesiapsiagaan diri, keluarga dan sekolah akan sangat membantu dalam mengurangi dampak bencana, baik kerugian harta maupun korban jiwa,
Kesiapsiagaan dimulai dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memahami potensi ancaman yang ada di daerah masing-masing
2. Memahami penyebab atau tanda-tanda akan terjadinya bencana
3. Memahami apa yang harus dipersiapkan dan yang harus dilakukan baik sebelum, saat dan sesudah bencana.

Tingkat kerentanan perkotaan di Indonesia adalah suatu hal yang sangat penting untuk diketahui sebagai salah satu hal yang berpengaruh terhadap terjadinya bencana alam. Tingkat kerentanan kota-kota besar di Indonesia dapat ditinjau dari kerentanan fisik , sosial kependudukan, dan ekonomi.

Kerentanan fisik menggambarkan tingkat kerusakan terhadap fisik bila ada faktor berbahaya tertentu. Melihat dari berbagai faktor seperti persentase kawasan terbanguin, kepadatan bangunan, persentase bangunan konstruksi darurat, jaringan listrik, rasio panjang jalan, jaringan telekomunikasi, jaringan PDAM, jaringan rel KA, maka perkotaan di Indonesia dapat dikatakan berada pada kondisi yang sangat rentan karena persentase di antara unsur-unsur tersebut sangat rendah.

Kerentanan sosial menunjukkan tingkat kerentanan terhadap keselamatan jiwa/kesehatan penduduk apabila ada bahaya. Dari beberapa indikator antara lain kepadatan pendusuk, laju pertumbuhan penduudk, persentase penduduk usia tua-balita dan penduduk wanita, maka kota-kota besar di Indonesia memiliki kerentanan sosial yang sangat tinggi. Belum lagi jika kita melihat kondisi sosial saat ini yang semakin rentan terhadap bncana non-alam, seperti rentannya kondisi sosial masyarakat terhadap kerusuhan, tingginya angka pengangguran, instabilitas politik, dan tekanan ekonomi.

Kerentanan ekonomi menggambarkan besarnya kerugian atau rusaknya kegiatan ekonomi (proses ekonomi) yang terjadi bila ada ancaman bahaya. Indikator yang dapat kita lihat menunjukkan tingkat kerentanan ini misalnya persentase rumah tangga yang bekerja pada sektor rentan (jasa dan distribusi) dan persentase rumah tangga miskin.

Beberapa kerentana fisik, sosial, dan ekonomi tersebut di atas`menunjukkan bahwa kota-kota besar di Indonesia memiliki kerentanan yang tinggi , sehingga hal ini menyebabkan tingginya risiko terjadi bencana. Tingginya risiko kebakaran gedung dan pemukinan pada berbagai fungsi atau penggunaan bangunan dapat dinyatakan dengan analisis sebagai berikut:
1. Adanya risiko kebakaran karena hadirnya faktor-faktor penyebab kebakarana di setiap tempat dalam kehidupan sehari-hari, seperti: listrik dan peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, kompor (gas atau listrik), lampu tempel/lilin, rokok, obat nyamuk bakar, membakar sampah, dan kembang api/petasan. Kondisi ini apabila dipicu oleh tindakan yang salah atau lalai dapat memunculkan terjadinya kebakaran.
2. Ketiadaan sarana pemadan kebakaran pada suatu lingkungan atau bangunan. Atau kurang terawatnya sarana peringatan dini (sistem alarm kebakaran) dan sarana pemadam kebakaran; sehingga dalam banyak kasus ditemukan berbagai sarana pemadaman kebakaran yang tidak berfungsi. Kondisi ini secara jelas berperan mengurangi atau melemahkan kemampuan suatu lingkungan atau bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi kebakaran apabila suatu saat terjadi.
3. Perilaku orang-orang pada suatu lingkungan atau yang menghuni bangunan yang cenderung ceroboh/lalai, rendahnya kesadaran menjaga lingkungan, kurang pengetahuan tentang bahaya api, pembiaran terhadap anak-anak yang bermain api, keterpaksaaan karena keterbatasan ekonomi serta vandalisme. Kesemuanya ini merupakan faktor yang ikut menyumbangkan tingkat kerawanan terhadap kebakaran pada suatu bangunan atau lingkungan.

Upaya pengurangan risiko kebakaran di lingkungan sekolah dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai berikut:

  •     Melengkapi bangunan sekolah dengan sarana proteksi kebakaran dan sarana jalan keluar/penyelamatan jiwa
  •     Memberikan penyuluhan atau pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga pendidikan
  •     Memberikan materi pembelajaran pengurangan risiko, termasuk risiko kebakaran kepada siswa
  •     Menyediakan panduan/prosedur tetap untuk menghadapi bencana


Sumber: http://id.shvoong.com/books/dictionary/2266876-pengurangan-risiko-bencana-kebakaran/#ixzz2yUVrcUAO

Selamatkan Diri Anda !

Berikut ini adalah petunjuk keselamatan jika terjadi kebakaran menurut Kementerian PU.

-Pelajari lokasi pintu darurat saat anda berada dalam suatu ruangan.
-Ketahui juga letak bel tanda bahaya kebakaran dan alat pemadam kebakaran serta selang air.
-Pecahkan kaca bel tanda bahaya yang paling dekat.
-Gunakan alat pemadam atau selang air terdekat, jika api masih dapat dikontrol,
 namun jangan ambil resiko untuk diri anda.
-Jika api tidak bisa dipadamkan, tutup semua pintu,
-dan segera tinggalkan ruangan/gedung lewat tangga darurat.

Selanjutnya,
*Jika terdengar alarm tanda bahaya, segera persiapkan diri meninggalkan ruangan.
*Jika terdengar seruan untuk meninggalkan ruangan melalui pengeras suara, maka segera tinggalkan ruangan melalui pintu darurat terdekat.

*Jangan buang waktu untuk mengemasi barang-barang, SELAMATKAN DIRI ANDA TERLEBIH DAHULU!.
*Lewati tangga darurat dan jangan menggunakan lift.
*Jika anda terjebak di ruangan, beritahu operator telepon dan lokasi anda.
*Basahi handuk, atau kain lalu letakkan di bawah pintu agar asap tidak masuk ke ruangan.

http://www.gatra.com/nusantara-1/jawa-1/30054-ini-yang-harus-dilakukan-jika-terjadi-kebakaran.html

Bagaimana jika kebakaran tak bisa dicegah?



1. Padamkan api sebisa mungkin. Bila kompor yang terbakar, Anda bisa memadamkannya dengan menggunakan karung atau kain yang   telah  dibasahi air. Api terdiri atas tiga unsur, yaitu unsur benda,   udara, dan panas. Dengan kain atau karung basah, konsepnya adalah   menghilangkan unsur udara. Kain atau karung basah menutup pori-pori,   sehingga mencegah udara masuk.
2. Jangan sekali-kali menyiramkan air ke atas kompor yang terbakar. Cara ini tidak akan memadamkan, namun sebaliknya, justru akan memperluas   daerah yang terbakar.
3. Jika kebakaran disebabkan listrik, putuskan aliran listrik secepatnya dan padamkan percikan apinya.
4. Bila api tak kunjung padam, utamakan keselamatan diri Anda. Segera menghubungi dinas pemadam kebakaran dengan menekan nomor 113.
5. Usahakan memberikan informasi yang jelas,seperti apa yang terbakar dan dimana lokasinya. Ini dimaksudkan agar petugas PMK dapat   mengirimkan unit pemadam yang sesuai dengan kejadian.

Pasalnya,   penanganan musibah kebakaran berbeda satu sama lain. Misalnya jika   yang terbakar pom bensin, petugas akan mengirimkan mobil pemadam yang   mempunyai peralatan khusus, seperti mobil foam, sementara jika yang   terbakar gedung bertingkat, petugas akan mengirimkan mobil tangga.


Istilah Terbaru dalam kebakaran :
Antifreeze extinguisher
Suatu bahan pemadam api yang diberi bahan kimia tambahan yang dapat menurunkan titik beku larutannya
Apartment
Bangunan, biasanya berbentuk kotak, tempat seseorang atau sekelompok orang tinggal secara independent yang memiliki fasilitas dapur dalam satu unit/ ruang tersendiri, yang dirancang sebagai "rumah apartemen", "apartemen taman" "apartemen kondominium", "rumah susun", atau nama-nama lainnya. Dengan mengabaikan pemanfaatannya, suatu bangunan tempat tinggal disebut sebagai apartemen ketika tiga atau lebih unit tempat tinggal menempati satu dinding penahan api bersama
Askarel 
Suatu bahan isolasi listrik sintetis tidak dapat menyala yang, apabila ter-dekomposisi (terurai) akibat percikan listrik, hanya menghasilkan gas atau campuran gas tidak dapat meledak; biasanya digunakan sebagai bahan pelapis atau bahan isolasi pada trafo.
Aspahlt (Aspal) 
Suatu bahan alami berwarna gelap/hitam yang merupakan campuran kental hidrokarbon ber-berat molekul tinggi dan bahan karbon lainnya.
Deflagrasi
suatu peledakan dcngan gerakan gelombang kejutan pada kecepatan lebih besar dari kecepatan suara di dalam medium yang tidak reaktif/ bereaksi. 
Detonasi
suatu peledakan disebabkan gerakan gelombang kejutan pada keeepatan lebih besar dari keeepatan suara di dalam medium yang tidak bereaksi.
Gelombang kejut 
suatu gerakan gelombang tekanan melalui suatu gas, terjadi dalam udara terbuka yang disertai dengan angin kencang. Kombinasi dari gelombang kejut dan angin disebut suatu gelombang kejut berlangsung begitu cepat dimana prosesnya terjadi secara umum.


Selasa, 01 April 2014

PROFIL KELOMPOK


Ketua                    :    Maula Ata Maksada (20)
Anggota               :     1. Afaafa YP (1)
                                   2. Donny Satya Budi (14)
                                   3. Nisa Intan Kumalasari (26)
                                   4. Siti Munazilah (37)

KELAS X MIPA 4
SMA NEGERI 1 UNGARAN

Mitigai Bencana

Mitigasi Bencana ->Upaya mengurangi angka kerugian yang ditimbulkan oleh suatu bencana alam.Baik kerugian secara materi maupun non materi.Mitigasi meliputi tindakan sebelum,saat terjadi,dan setelah terjadi bencana alam.


Kebakaran,sebagian besar disebabkan olah manusia.Penyebab kebakaran adalah sebagai berikut:

1.Adanya bahan-bahan yang mudah terbakar.Misalnya kayu, kertas, textil, bensin, minyak,acetelin.
2. Suhu yang tinggi pada lingkungan tertentu.
3. .Adanya oksigen (O2) dan zat asam (O2) yang cukup banyak.Karena semakin banyak oksigen,maka api yang menyala akan semakin bertambah besar.Padahal dalam keadaan  normal kadar oksigen di udara bebas sekitar 22%,maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.

Mitigasi dan Adaptasi Kebakaran

MITIGASI KEBAKARAN

 Sebelum terjadi bencana

  a.Mapping (pemetaan)
  1.  Pemetaan daerah rawan kebakaran yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari masa lalu maupun hasil prediksi
  2.  Pemetaan daerah rawan kebakaran yang dibuat seiring dengan adanya survai desa
  3. Pemetaan daerah rawan kebakaran dengan menggunakan  Global Positioning System atau citra satelit

      b.Sosialisai
        Sosialisai tersebut berisi tentang pembinaan,penyuluhan,dan pelatihan kepada masyarakat terhadap bencana kebakaran.Dimulai dari penginformasian daerah mana saja yang rawan kebakaran,bagaimana cara menghadapi bencana kebakaran,dan apa saja yang harus dilakukan setelah terjadi bencana kebakaran.
    
     c.Pengamanan Listrik Rumah Tangga
                   Pemasangan listrik rumah tangga harus memenuhi Peraturan Umum Instalasi Listrik(PUIL) agar terhindar dari anacaman tegangan arus pendek atau yang sering disebut konsleting.Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di http://www.alatpemadamapilombok.com/


     

d    .Standarisasi

1    . Metode pelaporan : diterapkan system pelaporan yang sederhana dan mudah dimengerti masyarakat.

   .Peralatan masyarakat seharusnya dibekali peralatan yang dapat digunakan untuk meminimalisir kebakaran.

3  . Metode pelatihan ini untuk penanganan kebakaran  : dengan adanya pembekalan mengenai metode ini masyarakat akan lebih mudah memilih menangani yang efisien efektif dalam menghadapi kebakaran.



    Saat terjadi bencana

      a.Semprotkan air pada sumber api
        b.Perhatikan arah angin dengan cara melihat lidah api
        c.Belakangilah arah angin
        d.Usahakan mengatur dan menahan nafas
        e.Jangan panik
        f.Jika api membesar segera panggil pemadan kebakaran


    Setelah terjadi bencana 
      
        a.Berkumpul di tempat yang berjarak min. 30 meter dari sumber kebakaran.
        b.Beritahu petugas emergensi mengenai orang-orang yang ada di dalam bangunan yang terbakar.
        c.Beritahu petugas emergensi mengenai alasan pengosongan ruangan.
        d.Jangan masuk ke dalam bangunan sampai diijinkan oleh yang berwenang.